Skip to content

Just be happy!

December 9, 2010

Suatu ketika, di tepian telaga  kelihatan seorang pemuda sedang duduk termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah dilaluinya, namun tidak ada satupun titik yang membuatnya puas 😦 Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. “Sedang apa kau  di sini wahai anak muda?” tanya seseorang. Rupanya ada seorang lelaki  tua. “Apa yang kau risaukan..?”. Anak muda itu menoleh ke samping, “Aku  lelah Pak Tua. Telah berbatu-batu jarak yang ku tempuh untuk mencari  kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku  telah berlari melalui gunung dan lembah, tapi tidak ada tanda kebahagiaan  yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah akan ku temukan rasa itu?”. Lelaki tua itu duduk semakin dekat, mendengarkan  dengan penuh perhatian. Dipandangnya wajah lelah didepannya. Lalu, dia  mulai berkata, “Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku”. Mereka berpandangan. “Ya… tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan  tanganmu,” Pak Tua mengulangi kalimatnya lagi. Perlahan…. pemuda itu  bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tidak berapa lama,  ditemuinya taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga  yang sedang mekar. Maka tidak heranlah, banyak kupu-kupu yang  berterbangan disana.

Dari kejauhan Pak Tua melihat, memperhatikan  tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai  bergerak. Dengan mengendap-ngendap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan.  Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Dia tidak ingin kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Dia gagal. Dia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Dirempohnya  rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya  semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus  berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Si  pemuda mulai kelelahan. Nafasnya semakin kencang, dadanya bergerak  naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, “Hentikan dulu anak  muda. Istirahatlah”. Tampak Pak Tua yang berjalan perlahan.

Ada  sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan dan kiri Pak Tua. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. “Begitukah  caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Merempoh-rempoh tak  tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” Pak Tua menatap  pemuda itu.“Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin  kauburu, semakin pula ia pergi dari dirimu. Namun, tangkaplah kupu-kupu  itu dalam hatimu. Kerana kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau  genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu  dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari  kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering  datang sendiri.”

Pak Tua mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak  seekor kupu- kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap  kupu- kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu  mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan  yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi  mereka yang mampu menyelaminya..

Lesson learned yang bisa kita petik dari cerita ini bahwa mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka  yang  terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, merempoh sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja  mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun  dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita  santap setelah mendapatkannya. Namun kita belajar. Kita belajar bahwa  kebahagiaan tidak boleh didapat dengan cara-cara seperti itu. Kita  belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda  yang dapat disimpan.

Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma  dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati.  Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari  kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan  menjauh. Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita.

Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam  menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam  ketulusan hati kita. Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu  ada disekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu “hinggap” di hati  kita, namun kita tidak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu  berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk  menikmatinya…

– dikutip dari renungan yang tidak tau asalnya 🙂 –

No comments yet

Leave a comment